Wednesday, December 28, 2011

Emosi Membawa Petaka


Selain sebagai mahluk yang diciptakan paling sempurna diantara mahluk Tuhan lainnya, manusia juga tempatnya salah, khilaf, dan dosa. Terkadang kemampuan dan kesempurnaan mereka disalahgunakan hingga menyakiti banyak orang bahkan menjatuhkan korban jiwa. 

Akhir tahun 2011 ini nampaknya ditutup dengan cerita bentrok dan pertikaian antar manusia itu sendiri. Semakin banyak berita kekacauan di negeri pertiwi ini yang ditayangkan di televisi. Saling mengadu kekuatan dengan saudara sendiri. Selalu ada istilah untuk negeri ini, Indonesia menangis, Indonesia berduka, hingga Indonesia berdarah. Tak sayangkah kita dengan pengorbanan para pahlawan kita yang meraih kemerdekaan negeri ini dengan susah payah, darah, dan nanah…?? Tapi kenapa malah bertikai dalam negeri sendiri…?? 

Haruskah ini berlanjut hingga ke generasi mendatang…?? Tak sadarkah bahwa kita masih mempunyai anak-cucu yang harus dilindungi dan diperhatian masa depannya..?? kita punya pemimpin, kita punya akal, kita punya perasaan, tapi tak ada seorangpun yang menggunakannya. Terbayangkan saat ini setan-setan itu sedang menari-nari dan menertawakan kita. Menertawakan kita yang tak mampu mengontrol emosi dan amarah kita.

Hingar-bingar yang selalu terjadi sejak jaman nenek moyang kita tak terhenti hingga abad ke-20, saat ini. Apakah pemicu kekacauan itu…?? Apakah titik persoalan yang mengakibatkan kita harus mengorbankan harta bahkan jiwa…?? Tak adakah musyawarah untuk mengetahui pokok permasalahannya…??
Semboyan negeri, Bhineka Tunggal Ika tak lagi dihiraukan saat ini. Haruskah kita terpuruk dalam keadaan seperti ini tanpa adanya kemufakatan…?? Haruskah kita biarkan anak-cucu kita menanggung akibat dari keihklafan kita..?? haruskah kita biarkan lahirnya generasi penerus yang penuh dengan murka…??? Haruskah kita biarkan isrti dan anak kita hidup dengan ketakutan yang tak terlihat solusinya…???

Sebagai orang yang tak pernah merasakan apa yang dirasakan para kubu yang bertikai saat ini, aku memang tak pantas untuk mengajukan pendapat damai dan musyawarah seperti ini. Sangat ku sadari aku memang tak pernah merasakan betapa takutnya, khawatirnya, bencinya, marahnya, dan sakit hatinya, orang-orang yang tengah bertikai. tapi apa salahnya jika kita memilih jalan musyawarah, biar semua persoalan terjawab. 

Kita adalah mahluk Tuhan paling sempurna dimuka bumi ini. Kita punya akal yang sangat penting untuk dimanfaatkan dalam situasi seperti ini. Kekuatan kita bukanlah apa-apa dibandingkan dengan kekuatan-Nya Yang Maha Segalanya. Kita saling memerangi, memerangi saudara sendiri. Sungguh sudah sangat tua dunia yang kita huni sekarang, hingga tak ada orang lagi yang mengontrol emosinya dengan baik.

Melihat saudara dan adik-adikku yang menjadi korban pertikaian, aku benci mereka, mereka yang telah menyakiti saudara dan adik-adikku. Mereka yang telah merampas kenyamanan hidup saudara-saudaraku, mereka yang telah dengan tega dan tak berperasaan membakar habis rumah-rumah saudaraku. Ingin rasanya kumaki orang-orang yang tak berperasaan itu. Tapi apakah saat ini, itu penting…?? Apakah dengan menambah jumlah orang yang membenci dan marah tehadap orang-orang yang dipandang jahat itu, semua persoalan terselesaikan..??? itu hanya akan menambah keangkuhan dalam hati ini tanpa memberikan manfaat apapun terhadap apa yang tengah terjadi. Tak ada yang bisa dilakukan selain memohon pertolongan dari-NYA. Hanya DIA yang tau kapan ini akan berakhir.

Entah apa rencana Tuhan dibalik musibah yang tengah menimpa. Tapi Insya Allah, semua kan ada hikmahnya. Hanyalah dengan do’a aku bisa menunjukan rasa simpati dan sayangku terhadap saudara-saudaraku yang tengah berjuang memperoleh keadilan.

Lindungi kami, ya Allah. Hanya kepada-Mu kami memohon karena hanya Engkaulah yang satu-satunya Dzat yang dapat menolong dan melindungi kami. Jangan biarkan setan-setan itu terus tertawa dan menari-nari diatas semua ini. Jangan biarkan setan-setan itu menghasut dan merusak kehidupan kami.
Amiiiiieeenn…..


**DamaiLah Negeri Tercintaku**


No comments:

Post a Comment